TUGAS SOFTSKILL 1
ETIKA BISNIS #
NAMA
: YUSTIA KHOLIFAH SANDRA
NPM
: 19213629
KELAS : 4EA21
|
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
HAKEKAT MATA KULIAH ETIKA BISNIS
Etika
bisnis yang lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an dan menjadi isu
utama yang mengglobal sejak tahun 1990-an, selanjutnya menjadi isu yang ramai
di bicarakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Pada awalnya hanya kalangan
ahli agama dan filsafat saja yang fokus dengan etika ini, Itu pun masih pada
hal-hal yang bersifat makro dan universal. Dewasa ini isu dan topik etika
bisnis menjadi hangat dibicarakan mulai dari masyarakat awam, pemerintah,
praktisi (manajer, konsultan dan investor), para akademisi dari berbagai
disiplin ilmu, lembaga swadaya, sampai kepada para politisi. Walaupun dibahas
oleh banyak kalangan dan diamini oleh para pelaku bisnis, namun etika juga
terlihat masih sangat langka diterapkan secara sepenuh hati. Bagi pemerintah
dan negara Amerika sebagai pelopor etika bisnis, mengakui bahwa etika bisnis
adalah sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia
bisnis mereka. Ironisnya justru Amerika yang paling gigih menolak kesepakatan
Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007. Ketika sebagian besar
negara-negara peserta mempermasalahkan etika industri negara-negara maju yang
menjadi sumber penyebab global warning,
Amerika menolaknya. (Eldine, Achyar: 2008).
Sebagai
cabang dari filsafat etika, maka etika bisnis tidak lain merupakan penerapan
prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan program
bisnis. Karenanya semua teori tentang etika dapat dimanfaatkan untuk membahas
tentang etika bisnis. Aspek yang dominan dari
semua kata etika
bisnis bermuara pada
perilaku bermoral dalam kegiatan bisnis.
Etika
dalam arti sebenarnya dianggap sebagai acuan yang menyatakan apakah tindakan,
aktivitas atau perilaku individu bisa
dianggap baik atau tidak. Karenanya etika bisnis sudah tentu mengacu dan akan
berbicara mengenai masalah baik atau tidak baiknya suatu aktivitas bisnis. Dalam
etika bisnis akan diuji peran-peran dan prinsip etika dalam konteks
komersial/bisnis (Rudito dan Famiola, 2007: 4). Moral selalu berkaitan dengan
tindakan manusia yang baik dan yang buruk sesuai dengan ukuran-ukuran yang
diterima umum dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam hal ini ukuran baik
dan buruk manusia adalah manusia bukan sebagai pelaku peran tertentu, dengan
menggunakan norma moral, bukan sopan santun atau norma hukum (Sumodiningrat dan
Agustian, 2008: 58).
Moralitas
adalah khas manusia dan karenanya moralitas merupakan dimensi nyata dalam hidup
manusia, baik perorangan maupun sosial (masyarakat).Tanpa moralitas dalam
menjalan usaha bisnis maka kehidupan bisnis menjadi chaos, tiada keteraturan
dan ketenteraman dan pada giliran-nya dunia bisnis menjadi sadis dan saling
mematikan.
Mengacu kepada batasan etika dari berbagai pandangan ahli
yang telah dikemukakan, maka peran etika bisnis adalah membahas dan menunjuk
alternatif pemecahan masalah bisnis yang berlandaskan nilai-nilai moralitas
dalam suatu kegiatan bisnis. Landasan
yang digunakan dalam hal ini adalah prinsip-prinsip, nilai dan norma-moral yang
terwujud dalam sikap dan perangai (akhlak) para pelaku bisnis dalam
penyelenggaraan usaha bisnisnya dengan menjunjung tinggi partisipan bisnisnya.
Penelitian
yang dilakukan Mauro et al. (1999) tentang etika bisnis dan pengambilan
keputusan perusahaan menggunakan definisi etika dan etika bisnis yang
dikembangkan oleh Walton. Menurut Walton (1977 dalam Mauro,1999):
Ethics.
A critical analysis of human acts to determine their tightness or wrongness in
terms of two major: truth and justice Business ethics. A range of criteria
whereby human actions are judge to include such things as societal
expectations: fair competition; the aesthetics or advertising and the used
public relations; the meaning of social responsibilities; reconciling
corporate behavior at
home with behavior abroad; the
extent of consumer sovereignty; the relevance of corporate size; the handling
communications, and the like.
Maksudnya,
etika merupakan analisis kritis tentang tindakan manusia untuk menentukan
kebenarannya atau kesalahannya dalam kerangka 2 kriteria utama: kebenaran dan
keadilan. Sementara etika bisnis merupakan sekumpulan kriteria di mana tindakan
manusia di nilai berdasarkan harapan masyarakat. Hasil penelitian Mouro (1999)
menemukan bahwa "that personal and
business ethics are not separate entities, that they coexist in the behavior of
managers within the corporation, is supported in the current literature".
Maksudnya adalah etika personal dan etika bisnis merupakan kesatuan yang tidak
terpisahkan dan keberadaannya saling melengkapi dalam mempengaruhi perilaku
manajer. Banyak literatur terbaru yang mendukung perayataan dan hasil
penelitian Mauro ini. Bagi mereka yang tidak mempunyai etika dalam berbisnis
adalah mereka yang hanya tergiur dengan keuntungan jangka pendek. Mereka yang
menjadikan keuntungan sebagai satu-satunya tujuan bisa menyebabkan perusahaan
menghalalkan segala macam cara untuk mengejar keuntungannya. Akibatnya
merekapun sering mengabaikan nilai-nilai etika bisnis. Bisnispun dijalankan
secara tidak jujur, tidak adil, melanggar kewajaran, penuh mark-up.
Pada
Seminar Manajemen Profetik (Profesional Etik) yang diselenggarakan Universitas
Paramadina Mulya (1999), Nurcholis Madjid menyimpulkan bahwa etika subjektif
seseorang akan terefleksikan dalam aktivitas bisnisnya. Dengan kata lain etika
bisnis seseorang merupakan perpanjangan moda-moda tingkah lakunya atau
tindakan-tindakan konstan, yang membentuk keseluruhan citra diri atau akhlak
orang itu. Hal ini didukung dengan pernyataan Fritzche (1995) yang mengatakan
bahwa:
Tampak
tidak ada pemisahan antara etika bisnis dengan etika sehari-hari. Dengan kata
lain kita berketetapan bahwa tidak mungkin kita etis dalam berbisnis dan tidak
etis dalam hal yang lainnya, atau sebaliknya. Secara sedeerhan etika adalah
sesuatu yang tidak terpisahkan dari individu, hal ini tidak dapat berubah pada
setiap kesempatan. Pada tingkat praktis, ini memunculkan tiga pernyataan dasar. Pertama, orang
yang etis harus menghormati orang lain. Kedua, etika itu dipelajari, tidak
muncul secara langsung dari lahir. Ketiga, akar dari semua hubungan etik yang
sebenarnya adalah kehidupan spiritual dari Islam, Kristen, Budha, Hindu ataupun
yang tidak beragama sekalipun.
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip
etika yang diterapkan dalam dunia bisnis (Lozano, 1996). Istilah etika bisnis
mengan-dung pengertian bahwa etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi
etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku
bisnis. Epstein (1989) menyatakan etika bisnis sebagai sebuah perspektif
analisis etika di dalam bisnis yang menghasilkan sebuah proses dan sebuah
kerangka kerja untuk membatasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan individu,
organisasi, dan terkadang seluruh masyarakat sosial. Menurut David (1998), etika bisnis adalah aturan
main prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman membuat keputusan dan
tingkah laku. Etika bisnis adalah etika pelaku bisnis. Pelaku bisnis tersebut
bisa saja manajer, karyawan, konsumen, dan masyarakat.
Etika bisnis
merupakan produk pendidikan etika masa kecil, namun tetap dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Sebagian besar pakar psikologi berkeyakinan bahwa
penanaman awal nilai-nilai kedisiplinan, moral, etika yang dilakukan pada masa
balita akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan persepsi hati nurani
seseorang tatkala ia mulai beranjak dewasa (Faisal Afiff, 2003). Lingkungan
bisnis dapat merontokkan etika individu dan sebaliknya etika individu dapat mempengaruhi
lingkungan bisnis tergantung mana yang kuat. Terjadinya krisis multidimensional
beberapa tahun terakhir menjadikan etika bisnis sebagai sorotan dan perhatian
dari masyarakat dan para pengamat. Tuntutan masyarakat akan etika dan tolok
ukur etika meningkat, hal ini disebabkan pula oleh pengungkapan dan publikasi,
kepedulian publik, regulasi pemerintah, kesadaran CEO akan etika dan
profesionalisme bisnis meningkat (Hoesada, 1997).
DEFINISI ETIKA DAN
BISNIS
I.
PENGERTIAN ETIKA
Etika
berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha)
berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yang lain.
Dalam
pengertian ini, etika = moral yang berasal dari kata Latin mos, yang
dalam bentuk jamaknya (mores) berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.
Jadi, dalam pengertian pertama ini, yaitu pengertian harfiahnya, etika dan
moral sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik
sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan
yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun
waktu yang lama sebagaimana layaknya sebuah kebiasaan.
Franz
Magnis-Suseno (1987) “Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral”
mengatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan
ajaran.
Immanuel
Kant (1980) “Foundations of the Metaphysics of Morals (terj.)”
etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk
bertindak secara otonomi dan bukan secara heteronomi. Otonomi adalah sikap
moral manusia dalam bertindak berdasarkan kesadarannya bahwa tindakan yang
diambilnya itu baik. Heteronomi adalah sikap manusia dalam bertindak dengan
hanya sekedar mengikuti aturan moral yang bersifat eksternal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah etika
diartikan sebagai: (1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral; (2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak; (3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu
golongan atau masyarakat.
II.
PENGERTIAN BISNIS
Menurut
Stainford (1979), “Business is all those activities in providing the goods
and services needed or desired by people”. Dalam pengertian ini bisnis
sebagai aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau
diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan oleh organisasi perusahaan yang
memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan usaha, maupun perorangan
yang tidak memiliki badan hukum maupun badan usaha.
Menurut
Brown dan Petrello (1976), “Business is an institution which produces goods
and services demanded by people”. Artinya bisnis ialah suatu lembaga
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan
masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.
Dalam
ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa
kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara
historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu “business”, dari kata dasar “busy” yang berarti “sibuk” dalam konteks
individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian sibuk mengerjakan
aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
III.
PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Menurut Velasques (2002), etika
bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yangbenar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi dan perilaku bisnis.
Menurut Hill dan Jones (1998),
menyatakan bahwa etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara
salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpinperusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkaitdengan
masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan Sebagian besar dari kita
sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah, kita
sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan resiko
kehidupan yang lain.
Menurut Steade et al (1984), dalam
bukunya ”Business, Its Natura and Environment An Introduction” Etika
bisnis adalah standar etika yangberkaitan dengan tujuan dan cara membuat
keputusan bisnis.”.
Menurut Business & Society
– Ethics and Stakeholder Management (Caroll & Buchholtz : dalam Iman, 2006)
: Etika adalah disiplin yang berurusan dengan apa yang baik dan buruk dan
dengan tugas dan kewajiban moral. Etika juga dapat dianggap sebagai seperangkat
prinsip moral atau nilai. Moralitas adalah doktrinatau sistem perilaku moral. moral
perilaku yang didasarkan pada apa yang terkait dengan prinsip benar dan salah
dalam perilaku. Etika bisnis, oleh karena itu, terkait denganperilaku yang baik
dan buruk atau benar dan salah yang terjadi dalam konteks bisnis.Konsep ini
lebih sering diartikan benar dan salah untuk memasukkan pertanyaan-pertanyaan
lebih sulit dan halus keadilan, keadilan dan kesetaraan.
Menurut Sim (2003), dalam
bukunya Ethics and Corporate Social Responsibility – Why Giants Fall,
Etika adalah istilah filosofis yang berasal dari”etos,” kata Yunani yang
berarti karakter atau kustom. Definisi erat dengan kepemimpinanyang efektif
dalam organisasi, dalam hal ini berkonotasi kode organisasi
menyampaikanintegritas moral dan nilai-nilai yang konsisten dalam pelayanan
kepada masyarakat.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan
dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai,
norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil
dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan
meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis dapat menjadi
standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya
sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral
yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
ETIKA MORAL, ETIKA HUKUM & ETIKA AGAMA
I.
ETIKA MORAL
Etika
Iebih condong ke arah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih
sering dikenal sebagai kode etik. Moral berasal dari kata bahasa latin mores
yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim; mos, moris,
manner mores atau manners, morals (BP-7, 1993: Poespoprodjo, 1986). Dalam
bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna
tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah
laku batin dalam hidup. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk, atau dengan kata lain moralitas
merupakan pedoman/standar yang dimiliki oleh individu atau kelompok mengenai
benar atau salah dan baik atau buruk.
Velasques
(2005) menyebutkan lima ciri yang berguna untuk menentukan hakikat standar
moral, yaitu:
1.
Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan
secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
2.
Standar moral moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif
tertentu, standar moral tidak dibuat oleh kekuasaan, validitas standar moral
terletak pada kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung atau
membenarkannya, jadi sejauh nalarnya mencukupi maka standarnya tetap sah.
3.
Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai yang lain, khusus-nya
kepentingan pribadi.
4.
Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.
5.
Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu,
seperti jika kita bertindak bertentangan dengan standar moral, normalnya kita
akan merasa bersalah, malu atau menyesal.
Menurut
Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as
the performance index or reference for our control system”. Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang
dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai
menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Jadi etika lebih berkaitan dengan kepatuhan, sementara moral lebih berkaitan
dengan tindak kejahatan.
II.
ETIKA HUKUM
Hukum adalah refleksi minimum norma
sosial dan standar dari sifat bisnis. Secara umum, kebanyakan orang percaya
bahwa sifat mematuhi hukum adalah juga sifat yang beretika. Tapi banyak standar
sifat di dalam sosial yang tidak tertuliskan dalam hukum. Contohnya saja dalam
konflik kepentingan mungkin tidak ilegal, tapi secara umum dapat menjadi tidak
beretika dalam kehidupan sosial.
Perbedaan etika dengan hukum dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Hukum
pada dasarnya tidak hanya mencakup ketentuan yang dirumuskan secara tertulis,
tapi juga nilai-nilai konvensi yang telah menjadi norma di masyarakat.
2.
Etika
mencakup lebih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis.
3.
Pada
umumnya kebanyakan orang percaya bahwa dengan perilaku yang patuh terhadap
hukum adalah juga merupakan perilaku yang etis.
4.
Banyak sekali standar perilaku yang sudah disepakati oleh masyarakat yang
tidak tercakup dalam hukum, sehingga terdapat bagian etika yang tercakup dalam
hukum, namun sebagian juga belum tercakup di dalam hukum, seperti
contoh kasus di dalam masyarakat yang dianggap melanggar etika tetapi dalam hukum
itu tidak melanggar, sepanjang tidak ada aturan yang tertulis bahwa tindakan
tersebut adalah melanggar hukum.
5.
Norma
hukum cepat ketinggalan zaman, hingga bisa menyebabkan celah hukum.
III.
ETIKA AGAMA
Etika
mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Pada dasarnya agama
memberikan ajaran moral untuk menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya.
Menurut Kanter (2001) tidak mungkin orang dapat sungguh-sungguh hidup bermoral
tanpa agama, karena (1) moralitas pada hakikatnya bersangkut paut dengan
bagaimana manusia menjadi baik, jalan terbaiknya adalah kita mengikuti perintah
dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan keyakinan kita (2) agama
merupakan salah satu pranata kehidupan manusia yang paling lama bertahan sejak
dulu kala, sehingga moralitas dalam masyarakat erat terjalin dengan kehidupan
ber-agama (3) agama menjadi penjamin yang kuat bagi hidup bermoral. Perbedaan
antara etika dan ajaran moral agama yakni etika mendasarkan diri pada
argumentasi rasional. Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk mendasarkan diri
pada wahyu Tuhan dan ajaran agama.
KLASIFIKASI ETIKA
Menurut Sony Keraf (1998), “Etika Bisnis : Tuntutan dan
Relevansinya”, dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Etika Deontologi
Istilah
“deontologi” berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban.
Karena itu etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara
baik. Misalnya, suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontologi
bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya, melainkan
karena tindakan itu sejalan dengan kewajiban si pelaku untuk memberikan
pelayanan yang baik kepada semua konsumen, untuk mengembalikan utangnya sesuai
dengan harganya dan sebagainya. Jadi, nilai tindakan itu tidak ditentukan oleh
akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
2.
Etika Teleologi
Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru mengukur baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan
itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan
dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalau akibat
yang ditimbulkannya baik dan berguna. Misalnya, tindakan seorang anak yang
mencuri demi membayar pengobatan ibunya yang sakit parah akan dinilai secara
moral sebagai tindakan baik, terlepas dari kenyataan bahwa secara legal ia bisa
dihukum. Sebaliknya, kalau tindakan itu bertujuan jahat, maka tindakan itu pun
dinilai jahat.
KONSEPSI ETIKA
Konsep etika
bisnis tercermin pada corporate culture (budaya perusahaan). Menurut Kotler
(1997) budaya perusahaan merupakan karakter suatu perusahaan yang mencakup
pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma bersama yang dianut oleh jajaran
perusahaan. Hal
ini dapat dilihat dari cara karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu
dan pengaturan kantor.
Dasar
pemikiran: Suatu perusahaan akan memiliki hak hidup apabila perusahaan tersebut
memiliki pasar, dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi
pekerjaannya. Agar perusahaan tersebut mampu
melangsungkan hidupnya, ia dihadapkan pada masalah:
1.
Intern,misalnya
masalah perburuhan
2.
Ekstern,misalnya
konsumen dan persaingan
3.
Lingkungan,
misalnya gangguan keamanan
Pada dasarnya ada 3 hal yang dapat
membantu perusahaan mengatasi masalah di atas yaitu:
1.
Perusahaan
tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru
2.
Mampu
menemukan yang terbaik dan berbeda
3.
Tidak lebih jelek dari yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Keraf, A.
Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius.
Dr. H. Budi Untung. 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yogyakarta : CV Andi
Offset.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:zCtR_1CKjRYJ:dion.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35638/BAB%2B01%2BETIKA%2BDAN%2BBISNIS.docx+&cd=1&hl=id&ct=clnk&client=opera
http://pungkioktavn.blogspot.co.id/2016/10/definisi-etika-dan-bisnis-sebagai.html
http://wijayantisari123.blogspot.co.id/2016/01/klasifikasi-etika-dan-konsepsi-etika.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar