WELCOME IN MY BLOG

Sabtu, 05 Maret 2016

TUGAS 1 (INDUKTIF)

BAHASA INDONESIA 2 #

INDUKTIF
  



  
DIBUAT OLEH :

YUSTIA KHOLIFAH SANDRA   (19213629)

KELAS : 3EA21


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
DOSEN : IBU RAFIQA MAULIDIA, S.IP

  

UNIVERSITAS GUNADARMA

SEMESTER ATA 2015/2016





INDUKTIF
Induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untu menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Fenomena individual : data atau pernyataan yang bersifat faktual → proposisi.
Induktif adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum (W.J.S.Poerwadarminta,2006).
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (Suriasumantri,2005).
Contoh penalaran induktif adalah "kerbau punya mata", "anjing punya mata", "kucing punya mata". Setiap hewan punya matapenalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena yang ada, maka disebut sebagai sebuah corak berpikir yang ilmiah karena perlu proses penalaran yang ilmiah dalam penalaran induktif.
Proses penalaran induktif :
1.        Generalisasi
2.        Hipotese dan teori
3.        Analogi
4.        Hubungan Kausal
5.        Induksi dalam metode eksposisi

1.       Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri - ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Dibagi menjadi dua yaitu :
1)        Generalisasi Sempurna (Tanpa loncatan induktif) : Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
 Contoh :
a.         Jika dipanaskan, besi memuai
Jika dipanaskan, baja memuai
Jika dipanaskan, tembaga memuai
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai
b.        Sensus Penduduk

2)         Generalisasi Tidak Sempurna (Dengan loncatan induktif) : Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
a.         Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
b.        Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.

Proses Merumuskan Generalisasi


  Pengujian atau Evaluasi Generalisasi
1)        Jumlah peristiwa sebagai dasar generalisasi (ciri kuantitatif)
2)        Peristiwa adalah contoh yang baik (ciri kualitatif)
3)        Kekecualian yang tidak sejalan dengan generalisasi diperhitungkan
4)        Keabsahan perumusan generalisasi

2.       Hipotese Dan Teori
1)        Hipotese
Secara bahasa hipotesis berasal dari dua kata, yaitu Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenasi ‘menempatkan’). Secara istilah, adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta lebih lanjut. Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.

Ciri hipotesis yang baik
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.
b.      Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
c.       Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
d.      Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
e.       Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian.

2)        Teori
Azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena yang ada. juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan. Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan. Misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan.
Hubungan antara hipotesis dengan teori, hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.

3.       Analogi
Analogi dalam bahasa Indonesia adalah kias (Arab: Qasa=mengukur, membandingkan). Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai beberapa fungsi, yaitu membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan, meramalkan kesamaan, menyingkapkan kekeliruan dan klasifikasi.

Macam-macam analogi
1)      Analogi Induktif
Proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk satu hal berlaku juga untuk hal lain.
Contoh :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

2)      Analogi Deklaratif
Berbeda dengan analogi deklaratif atau analogi penjelas, analogi deklaratif ini termasuk dalam persoalan perbandingan.
Contoh :
Untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

4.       Hubungan Kausal
Hubungan kausal sering diartikan sebagai penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan, hubungan sebab – akibat (hubungan kausal) dapat berupa sebab yang sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam tiga pola antara lain :
1)        Hubungan sebab-akibat
Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.
Contoh :
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2)        Hubungan akibat-sebab
Yaitu hubungan yang dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh :
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3)        Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh :
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

5.       Induksi Dalam Metode Eksposisi
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data & informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
1)        Konsistensi
Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.
2)        Koheresi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.

Referensi :
http://novapungki.blogspot.co.id/2014/10/berpikir-induktif.html (diakses hari sabtu tanggal 03 Maret 2015 pukul 19.30)
http://trimaaja.blogspot.co.id/2013/05/penalaran-induktif.html (diakses hari sabtu tanggal 03 Maret 2015 pukul 19.30)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-7 (diakses hari sabtu tanggal 03 Maret 2015 pukul 19.30)